Berikut ini kita sedikit menengok adab-adab yang perlu kita perhatikan terhadap kuburan, agar dari sana kita dapat mengetahui bagaimana k...
Berikut ini kita sedikit menengok adab-adab yang perlu kita
perhatikan terhadap kuburan, agar dari sana kita dapat mengetahui
bagaimana kedudukan kuburan dalam islam, diantaranya adalah:
Kuburan hanya segundukan tanah yang berisi mayat yang kaku
dan tidak dapat memberikan untuk dirinya sendiri manfaat dan mudlarat,
terlebih untuk orang lain. Bila kita memperhatikan sejarah para
shahabat, mereka adalah kaum yang sangat khawatir apabila kuburan
diagungkan dan dipertuhankan, sebagaimana disebutkan dalam kisah yang
terjadi di zaman Umar bin Al Khathab:
روى أبو خلدة خالد بن دينار قال ما مختصره حدثنا ابو
العالية قال لما فتحنا تستر وجدنا في بيت مال الهرمزان سريرا عليه رجل ميت
قلت فما صنعتم بالرجل قال حفرنا بالنهار ثلاثة عشر قبرا متفرقة فلما كان
الليل دفناه وسوينا القبور كلها لتعميه على الناس لاينبشونه قلت وما يرجون
منه قال كانت السماء اذا حبست عنهم ابرزوا السرير فيمطرون قلت من كنتم
تظنون الرجل قال رجل يقال له دانيال رواه ابن اسحق في مغازيه ورواه غيره
على وجوه أخر وفي بعضها أن الدفن كان بأمر عمر
Diriwayatkan oleh Abu Khaldah Khalid bin Dinar ia berkata:
haddatsana Abul ‘Aliyah ia berkata: “Ketika kami telah menguasai kota
Tustar, kami menemukan di batul mal Hurmuzan mayat diatas kasur”. Aku
berkata: “Apa yang kalian lakukan terhadap mayat tersebut?” ia berkata:
“Di waktu siang kami menggali tiga belas kuburan secara terpisah, dan di
waktu malam kami kuburkan pada salah satunya dan kami meratakan
semuanya agar manusia tidak ada yang mengetahuinya sehingga mereka tidak
menggalinya kembali”. Aku berkata: “Memangnya apa yang mereka harapkan
dari mayat tersebut?” Ia berkata: “Apabila langit tidak menurunkan
hujan, mereka segera mengeluarkan kasur, lalu hujanpun turun”. Aku
berkata: “Siapakah mayat tersebut menurut perkiraan kalian?” Ia berkata:
“Seorang yang dinamai Danial”. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq
dalam Maghazinya, sementara yang lain meriwayatkan dari jalan lain, dan
pada sebagian jalannya disebutkan bahwa yang memerintahkan penguburannya
adalah Umar.[1]
Lihatlah bagaimana para shahabat menyembunyikan
kuburan Nabi Danial agar tidak menjadi fitnah untuk manusia, mereka pun
tidak bertawassul kepadanya tidak juga membangunkan sebuah bangunan
yang megah untuknya. Bayangkan bila yang menemukannya orang-orang di
zaman sekarang, terutama dari kalangan pecinta kuburan, pasti mereka
akan membelanya habis-habisan, dan mengeluarkan dana yang banyak untuk
membangun bangunan dan menjadikannya sebagai tandingan selain Allah
dengan alasan mencintai para Nabi, sungguh amat jauh antara mereka
dengan generasi para shahabat.
Apa yang dilakukan para shahabat itu adalah
yang mereka pahami dari agama yang diajarkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, berupa mentauhidkan Allah dan menjauhkan kesyirikan,
dan itulah ruh dan intisari dakwah para Nabi dan Rasul.
Kita telah menyebutkan pada pembahasan sebelum ini, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menjadikan kuburan sebagai
tempat ‘ied dan melarang menjadikan rumah kita seperti kuburan, dan ini
menunjukkan bahwa kuburan bukan tempat beribadah kepada Allah Ta’ala.
Dan inilah yang terpatri pada jiwa-jiwa para shahabat, sebagaimana
disebutkan dalam kisah yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam shahihnya
secara mu’allaq bahwa Umar pernah melihat Anas bin malik di sisi
kuburan, maka Umar berkata: “Kuburan! Kuburan!
Imam Abdurrazzaq meriwayatkan dalam Mushannafnya (no 1581)
dari Ma’mar dari Tsabit dari Anas, ia berkata: “Umar melihatkusedang
shalat di sisi kuburan, lalu ia berkata: “Al Qabr (kuburan)!” dan aku
mengira ia berkata: “Al Qomar (bulan)”. Sehingga akupun mendongakan
kepalaku ke langit, ia berkata: “Aku berkata: Al Qabr, jangan kamu
shalat menghadap kepadanya”. Tsabit berkata: “Adalah Anas mengambil
tanganku apabila hendak shalat agar menjauh dari kuburan”. dan sanad ini
shahih.
Perhatikanlah, bagaimana Umar melarang Anas untuk shalat di
dekat kuburan, ini menunjukkan bahwa mereka tidak pernah menjadikan
kuburan sebagai tempat beribadah berupa shalat, do’a, dzikir atau
membaca Al Qur’an. Inilah pemahaman para shahabat sebaik-baiknya
generasi yang telah dipuji oleh Allah dan RasulNya, kalaulah beribadah
di sisi kuburan itu mempunyai keutamaan, tentu mereka yang lebih dahulu
melakukannya, karena mereka adalah generasi yang paling bersemangat
kepada kebaikan.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Anas:
لاَ عَقْرَ فِى الإِسْلاَم
“Tidak ada ‘aqra di dalam islam”. Abdurrazzaq berkata:
“Dahulu mereka (kaum musyrikin) menyembelih sapi atau kambing di sisi
kuburan”. (HR Abu Daud).
An nawawi dalam Al majmu’ (5/320) berkata:
“Adapun menyembelih di sisi kuburan adalah tercela, berdasarkan hadits
Anas ini, diriwayatkan oleh Abu Daud dan At Tirmidzi, dan At Tirmidzi
bekata: “Hasan shahih”.
Syaikhul islam ibnu Taimiyah rahimahullah dalam
Al Iqtidla (hal 182) berkata: “Adapun menyembelih di sana –yakni di
sisi kuburan- adalah terlarang secara mutlak, disebutkan oleh ashhab
kami berdasarkan hadits ini.. dan ashhab kami juga berkata: “Semakna
dengan itu adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di
zaman ini yang bersedekah di sisi kuburan dengan roti atau dengan
lainnya”.
Ini jika menyembelihnya untuk Allah, adapun
jika menyembelihnya untuk penghuni kubur sebagaimana yang dilakukan oleh
sebagian orang adalah sebuah kesyirikan yang nyata dan memakannya
adalah haram dan kefasiqan, berdasarkan firman Allah Ta’ala yang
artinya:
“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang
diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir
atau daging babi – karena Sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang
yang disembelih untuk selain Allah. (Al An’am: 145).
Dan sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ
“Semoga Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”. (HR Muslim).
Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir, ia berkata:
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk memplester kuburan, duduk di atasnya dan dibuat bangunan di atasnya”.
Dan dalam riwayat Abu Dawud dalam sunannya terdapat tambahan: “Dan (melarang untuk) ditulisi dan ditambahi”.
Imam An Nawawi berkata: “Sanadnya shahih”.
Kemudian beliau berdalil dengannya bahwa disukai untuk tidak ditambah
dari tanah kuburan, dan beliau berkata: “Asy Syafi’i berkata: “Bila ia
menambahi maka tida apa-apa”. Ashhab kami berkata: “Maknanya tidak
makruh”.
Namun pendapat ini bertabrakan dengan larangan
hadits di atas, karena dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam melarangnya, lalu bagaimana akan dikatakan tidak makruh?!!
Dan adapun larangan menulisi kuburan,
dikomentari oleh imam Al Hakim dalam Al mustadrak (1/370): “Tidak ada
(ulama yang) mengamalkannya, karena para ulama kaum muslimin dari timur
sampai barat ditulisi kuburannya, dan ini adalah amalan generasi
belakangan yang diambil dari generasi terdahulu”.
Namun Adz Dzahabi membantah, beliau berkata:
“Pendapatmu tidak kuat, karena kami tidak mengetahui ada shahabat yang
melakukannya, akan tetapi ia di ada-adakan oleh sebagian tabi’in dan
setelahnya, dan belum sampai kepada mereka (hadits) yang melarang”.[2]
Diantara adabnya adalah bahwa tujuan berziarah kubur untuk
mengingat kehidupan akhirat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam:
زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَة
“Berziarah kuburlah, karena ia mengingatkan kamu kepada kehidupan akhirat”. (HR Ibnu majah).
Dan disunnahkan mendo’akan ahli kubur, dalam
hadits yang dikeuarkan oleh Muslim, Aisyah berkata: “Apa yang harus aku
ucapkan untuk mereka (ahlul kubur) wahai Rasulullah?” Beliau bersabda:
قُولِى السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ
مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ
لَلاَحِقُونَ
“Ucapkanlah: Assalaamu ‘alaikum ‘alaa ahliddiyar…dan
seterusnya yang artinya: “Keselamatan untuk kalian wahai para penghuni
kubur, dari mukminin dan muslimin, semoga Allah merahmati orang-orang
yang mendahului dari kami dan yang akhir, dan sesungguhnya kami insya
Allah akan menyusul kalian”.
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam hanya mengajarkan do’a, dan tidak mengajarkan untuk
menghadiahkan bacaan al qur’an untuk mayat, tidak surat yasin dan tidak
juga surat-surat lainnya, kalaulah itu baik tentu beliau mengajarkannya
kepada Aisyah. Adapun hadits:
مَنْ دَخَلَ المَقَابِرَ فَقَرأ سُورة يس خَفَّفَ عَنْهُمْ يَوْمَئِذٍ وَكَانَ لَهُ بِعَدَدِ مَنْ فِيهَا حَسَنَاتٌ
“Barang siapa yang masuk ke perkuburan, lalu ia membaca
surat Yasin, Allah akan memberi keringanan kepada mereka, dan untuk
pendo’anya mendapat kebaikan sejumlah mayat yang ada di perkuburan
tersebut”.
Dikeluarkan oleh Ats Tsa’labi dalam tafsirnya
(8/19) dari jalan Muhammad bin Ahmad Ar Riyahi haddatsani ayahku
haddatsana Ayyub bin Mudrik dari Abu Ubaidah dari Al Hasan dari Anas bin
Malik secara marfu’.
Sanad ini amat lemah kalau bukan palsu, karena padanya terdapat tiga cacat:
Pertama: Abu ubaidah ini dikatakan oleh ibnu Ma’in: “Majhul”.
Kedua: Ayyub bin Mudrik disepakati
kelemahannya, bahkan ibnu Ma’in berkata: “kadzab (Tukang dusta)”. Dalam
riwayat lain: “Suka berdusta”. Ibnu Hibban berkata: “Ia meriwayatkan
dari Makhul naskah yang palsu, dan ia tidak pernah melihatnya”.
Ketiga: Ahmad Ar Riyahi yaiu Ahmad bin Yazid bin Dinar Abul ‘Awwaam, Al baihaqi berkata: “Majhul”.[3]
Diantara adabnya juga tidak boleh mengkhususkan
waktu untuk berziarah kubur, seperti dikhususkan hari jum’at, atau
sebelum ramadlan atau setelah ‘iedul fithri, karena ini termasuk
menjadikan kuburan sebagai ‘ied yang dilarang oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang telah berlalu. Karena
‘ied adalah nama untuk sesuatu yang terulang dan dijadikan sebagai
kebiasaan dengan berkumpul setiap tahun, atau setiap bulan atau setiap
minggu dan sebagainya[4]. Dan hadits yang menganjurkan berziarah ke kuburan orang tua setiap hari jum’at adalah palsu.